Rasanya seruan tersebut semakin layak untuk diserukan. Saya bukan seorang aktivis lingkungan atau seorang caleg yang sedang berkampanye. Saya hanya seorang warga yang sehari - hari beraktivitas dan bekerja di megapolitan; Jakarta. Sering beraktivitas di luar kantor lah yang menyebabkan saya menyerukan "STOP" untuk polusi udara Jakarta. Bagi pemilik kendaraan roda empat, tentu tidak merasakan polusi udara Jakarta yang makin parah. Tidak percaya ? Cobalah sesekali berkendara di Jakarta dengan jalan kaki, bersepeda ataupun bersepeda motor.
Polusi udara di Jakarta memang parah, bahkan di tahun 2005, Jakarta peringkat tiga dunia dalam hal mengotori udara (Tempointeraktif.com). Bagaimana tidak parah, kendaraan yang ada, terutama bus kota, selalu mengeluarkan "asap" hitam pekat. Hampir semua bus kota yang beroperasi di Jakarta (mungkin juga di kota-kota lain) tidak ada yang memiliki pembuangan udara yang layak. Bahkan moda transportasi yang lain pun juga sama, contohnya bajai.
Polusi udara di Jakarta memang parah, bahkan di tahun 2005, Jakarta peringkat tiga dunia dalam hal mengotori udara (Tempointeraktif.com). Bagaimana tidak parah, kendaraan yang ada, terutama bus kota, selalu mengeluarkan "asap" hitam pekat. Hampir semua bus kota yang beroperasi di Jakarta (mungkin juga di kota-kota lain) tidak ada yang memiliki pembuangan udara yang layak. Bahkan moda transportasi yang lain pun juga sama, contohnya bajai.
Sayangnya sampai saat ini tidak ada langkah konkret dari pemilik maupun pemerintah untuk mengatasi hal ini. Ataukah karena sudah tertutup dalam nyamannya "AC" sehingga pejabat berwenang tidak merasa terusik oleh "kotor" nya udara Jakarta. Entahlah.....
Memang beberapa langkah sudah coba dilakukan. Masih ingat dengan uji emisi kendaraan ? ? ? Langkah bagus yang sayangnya tidak jelas kelanjutannya. Atau langkah terbaru pemda DKI dengan program "car free day". Walaupun ada beberapa pihak bernada sumbang, program ini saya nilai cukup berhasil membersihkan udara Jakarta di saat tertentu.
Pemerintah seharusnya terus berupaya mengatasi hal ini, namun pemilik kendaraan bus kota pun juga harus berperan aktif. Tak perlu revolusioner, para pemilik cukup memulai menganti ordedil kendaraan yang sudah tidak layak, kemudian memeriksakan dan merawat kendaraan secara berkala. Jika, sudah layak dan nyaman, tentu banyak masyarakat Jakarta yang beralih ke angkutan umum.
"ini bukan masalah harga BBM naik atau turun, ini masalah hak warga Jakarta. Hak untuk mendapatkan hidup sehat"