Fenomena Ponari saat ini begitu mengharu-biru, berita tentang Ponari sering menghiasi media cetak maupun televisi. Ponari diyakini bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Berita yang asal-usulnya tidak jelas ini, menyebar dengan cepat. Ribuan calon pasien mulai berdatangan ke rumah Ponari. Berharap untuk mendapatkan sentuhan "kesembuhan" dari si "dukun" cilik.
(ponari si dukun cilik - sumber foto : news.okezone.com)Siapa Ponari ? Ponari memiliki nama lengkap Muhammad Ponari. Saat ini Ponari duduk di bangku kelas 3 Sekolah Dasar (SD) Negeri Balongsari. Anak dari pasangan Kasim (40) dan Mukaromah (28) ini, bertempat tinggal di Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang.
Kesaktian PonariKesaktian Ponari untuk menyembuhkan penyakit bersumber dari kekuatan batu sakti yang dimiliki oleh Ponari. Batu ini berbentuk seperti kepala belut dan sebesar kepalan tangan. Batu sakti ini ditemukan oleh Ponari pada pertengahan Januari 2009 saat sedang bermain hujan bersama dengan teman-temannya. Tiba-tiba dia merasakan kepalanya seolah dilempar batu sekepal tangan, saat petir menyambar. Ketika tersadar, Ponari menemukan batu sebesar telur ayam di bawah kakinya. Saat diambilnya, batu itu mengeluarkan sinar kemerah-merahan. Setelah itu, batu yang ditemukannya lalu dibawa pulang.
Menurut Ponari, batu ajaib itu ditunggu oleh dua makhluk gaib, laki-laki dan perempuan bernama Rono dan Rani. Dua makhluk gaib itu memberikan amanat kepada Ponari untuk menolong orang sakit, melalui batu yang ditemukan pertengahan Januari lalu.
Pengobatan PonariPasien akan sembuh jika meminum air yang sudah dicelupkan batu ajaib oleh Ponari.
Dalam beberapa kasus penyakit, terkadang Ponari juga melakukan pemijatan ke bagian tubuh pasien yang sakit. Praktek pengobatan Ponari dimulai pada tanggal 17 Januari 2009. Pasien pertama Ponari adalah tetangga Ponari yang mengalami sakit panas dan muntah-muntah. Tanpa ada yang meminta, Ponari membawa batu ajaib dan memasukkannya ke segelas air putih, kemudian diminumkan pada tetangga yang sakit. Ajaib, beberapa jam kemudian, tetangga tadi sembuh total. Berita kesembuhan tetangga Ponari dan batu ajaibnya inilah yang kemudian menyebar dengan cepat dan beberapa hari kemudian rumah Ponari didatangi oleh ribuan pengunjung.
Pasien Ponari
Pada umumnya yang menjadi pasien Ponari berasal dari kalangan yang tidak mampu. Tekanan ekonomi yang semakin sulit dan rasa putus asa karena penyakit tak kunjung sembuh, membuat "mereka" menjadikan Ponari sebagai jalan keluar yang tepat untuk penyakit yang dihadapi. Patokan kesembuhan pasien tidak bisa ditunjukan dengan jelas, bahkan cenderung bersifat subyektif. Beberapa orang menyatakan kondisi fisiknya semakin sembuh setelah diobati oleh Ponari. Berapa orang yang sembuh ? Tidak ada bukti jelas tentang kesembuhan pasien Ponari. Meskipun begitu banyak orang mengabaikan hal tersebut dan lebih mempercayai bahwa Ponari dapat menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Apalagi Ponari tidak memungut biaya pengobatan. Pasien hanya mengeluarkan biaya Rp. 1000 untuk kupon antrean dan biaya penitipan kendaraan.
Pasien Ponari yang jumlahnya mencapai ribuan ini, memadati area di sekitar rumah Ponari. Bahkan tercatat ada 4 orang yang meninggal saat antri untuk mendapatkan pengobatan Ponari. Dua diantaranya sebagai berikut :
Sabtu (31/jan/2009) lalu, Rumiadi (58), meninggal saat duduk dekat antrean. Kakek asal Desa Sumberejo, Kecamatan Purwoasri, Kediri itu, meninggal karena penyakit epilepsinya kambuh.
Selang sehari atau pada hari Minggu (1/feb/2009) kemarin, Nurul Miftadi (42), warga Desa Kedungtimongo, Kecamatan Megaluh, juga meninggal di lokasi. Berbeda dengan Rumadi, Nurul meninggal setelah mendapat air dari Ponari. Hanya saja, Nurul belum sempat meminum air pemberian Ponari. Saat itu, Nurul minta beristirahat di salah satu rumah, seusai mendapat air dari Ponari. "Pihak keluarga menyatakan, Nurul sakit jantung," kata Kapolsek Megaluh AKP Sutikno (Praktek Dukun Cilik 'Sakti' Terus Dibanjiri Pasien-detikSurabaya).
Ahasil selama beberapa hari praktek pengobatan Ponari pun ditutup dan baru dibuka kembali pada hari selasa, 3 februari 2009, dengan mengambil nomor antrean terlebih dahulu.
Meski telah mengunakan antrean sistem kupon, ribuan calon pasien ini tetap merepotkan. Panitia setempat dibantu oleh pihak keamanan (polres jombang) tetap kewalahan mengatasi ribuan calon pasien ini. Ponari pun terkena dampaknya. Akibat terlalu banyak melayani pasien, si dukun cilik- jatuh sakit dan sempat dibawa ke klinik Bhayangkara, Jombang (10/feb/2009). Dari hasil pemeriksaan, disarankan Ponari untuk beristirahat dan menutup praktek pengobatan tanpa batas waktu yang ditentukan. Ponari sempat menyatakan keinginannya untuk kembali beraktivitas secara normal dan kembali sekolah. Keinginan Ponari direspon oleh pihak keluarga dan kalangan pemerintah setempat. Maka dalam rapat muspida (10/feb/2009) disetujui untuk menutup praktek pengobatan Ponari secara permanen. Dalam pertemuan itu, selain Bupati Suyanto dan unsur muspida, juga hadir unsur Muspika Megaluh, Kepala Desa Balongsari Nila Nurcahyani, serta keluarga Ponari, yang diwakili Paeno (paman Ponari) dan Mukharomah (ibunda Ponari). Juga dihadirkan Ponari sendiri.
Dalam pertemuan yang berlangsung santai itu, pihak perwakilan keluarga setuju menutup praktik pengobatan Ponari. Persetujuan keluarga Ponari itu diwujudkan dalam bentuk surat pernyataan, ditandatangani Mukharomah dan Paeno , serta sejumlah saksi.
Di antara saksi-saksi yang ikut tanda tangan itu adalah Camat Megaluh Adi Santoso, Kapolsek AKP Sutikno, dan Kades Balongsari Nila Nurcahyani. Bupati sendiri tidak ikut tanda tangan.
Ada empat poin alasan yang mendasari ditutupnya praktik Ponari. Di antaranya, Ponari harus memulihkan kesehatannya, kemudian Ponari yang masih anak-anak sehingga harus sekolah dan bermain, serta pihak keluarga tidak ingin mengganggu lingkungan sosial.
Meski telah menutup praktek ponari, beberapa calon pasien tetap bertahan di sekitar rumah Ponari. Berharap Ponari kembali membuka praktek. Dipicu oleh faktor kelelahan menunggu beberapa hari dan keinginan untuk sembuh, massa pun semakin beringas dan merangsek mendekati rumah Ponari. Polisi pun sempat menjadi korban pelembaran botol air mineral kosong. Akhirnya setelah merundingkan dengan pihak keluarga dan untuk meredam emosi massa, polisi mengijinkan pengobatan Ponari kembali dibuka, namun hanya untuk pasien yang telah membawa kupon. Bagi pengunjung yang tidak membawa kupon dianjurkan untuk pulang.
Sumur Ponari diserbu pasien
Tak kehilangan cara beberapa pasien menerobos masuk ke kamar mandi rumah Ponari. Dipercaya bahwa air yang berasal dari sumur pompa tangan tersebut memiliki khasiat untuk menyembuhkan penyakit. Bahkan beberapa pasien nekat mengambil air keruh dari saluran air rumah Ponari. Menurut mereka, segala air sisa yang dipakai oleh Ponari bisa menyembuhkan penyakit.
Fenomena Ponari
Ponari memang hal yang menarik untuk disimak. Ribuan pasien yang rela antri berjam-jam bahkan berhari-hari, berharap untuk mendapatkan kesembuhan. Ekonomi dan rasa putus asa menjadi alasan kuat untuk mendapatkan kesembuhan instan ala Ponari. Kesembuhan pasien Ponari diyakini lebih berasal dari sugesti dari si pasien sendiri, daripada berasal dari batu ajaib. Pasien yakin akan sembuh jika meminum air dari Ponari, maka setelah meminum air tersebut, pasien - dengan sugestinya - yakin sembuh. Ponari mungkin hanya menjadi "korban" dari keinginan beberapa orang yang ingin sembuh. Bagaimanapun juga Ponari masih anak-anak dan ingin beraktivitas seperti anak-anak pada umumnya ; belajar dan bermain. Semenjak "menjabat" sebagai dukun cilik, setiap hari Ponari harus melayani pasien yang diperkirakan setiap harinya mencapai 50.000 orang. Akibatnya si dukun cilik ini sempat sakit karena kelelahan dan -anehnya- sempat diobati dengan pengobatan medis di klinik Bhayangkara. Kenapa Ponari tidak mengunakan kekuatan batu ajaib-nya untuk mengobati penyakit-nya ?
Entahlah, hanya Ponari yang tahu jawabannya.