Cobalah mengerti

Judul di atas bukan berkaitan dengan judul lagu band papan atas, meskipun memiliki kemiripan dengan makna lagu tersebut, namun kali saya lebih menyoroti persoalan di sekitar kita saat ini. Banyak kejadian yang terjadi di sekitar kita, namun yang paling "gres" dan "wah", tidak lain, tidak bukan ; yakni kampanye jelang pemilihan legislatif 2009.
Membicarakan politik tidak akan selesai dan akan selalu menjadi perdebatan. Siapa yang menang bukanlah tujuan utama, yang dipersoalkan adalah bagaimana si pemenang memenangkan tanpa mengalahkan. Nah, ini yang rupanya mulai dilupakan calon dan partai peserta pemilu 2009. Dalam kontes pemilu 2009, peserta beradu untuk memikat hati pemilih, agar nantinya bisa memenangkan jatah "kursi" dewan. Masalahnya sekarang (mungkin juga pemilu mendatang), peserta berkontes dengan cara yang singkat, padat namun tidak berisi. Ingat dengan sebuat iklan dari produsen rokok di televisi; beli pisang "gede" dan baik tampilannya. Ternyata saat dikupas, isinya cuma "se-upil".
Setelah menyebarkan ribuan foto diri, sekarang
caleg plus partai mulai berkampanye, anehnya meski berbeda partai, namun suara tetap sama : ATAS NAMA RAKYAT. Puluhan partai ramai - ramai mengaku sebagai wakil rakyat. Singkatnya : " Pilih saya karena saya tidak seperti partai A ! Saya akan membuat rakyat enak ! Makmur ! Bahkan ada seorang mantan presiden berujar untuk memperjuangkan sembako murah. Kenapa baru sekarang ? Padahal beliu sempat menjadi orang nomor satu di negeri ini. Kenapa tidak membuat sembako murah sejak beliu menjabat ? Entahlah.
Berkampanye dan berdebat politik selama masih ber - norma, masih sah - sah saja. Hanya saja para elite politik seperti tak pernah belajar dan masih mengunakan cara lama untuk berkampanye. Sebar brosur dan obral janji. Cara paling singkat dengan mengunakan calon dari kalangan artis. Wajah artis yang sering muncul di media, tentu lebih mudah diingat.
Soal janji, saya tidak meragukan kemampuan partai dan calon, yang saya ragukan adalah bagaimana janji tersebut bisa terwujud. Sebuah hasil bisa tercapai jika ada "jalan" untuk menuju hasil tersebut. Janji tanpa cara / program nyata = "nol besar"
Mungkin yang ada di benak calon terhormat adalah yang penting menang, jadi anggota dewan, lalu bisa berbuat apa saja. Soal janji...ah sudah lupa tu.. Wah, ini yang bikin tambah ruyam. Rakyak sudah memilih beliau dengan harapan beliau memperjuangkan nasib "wong cilik". Hitung pula berapa ongkos yang telah dikeluarkan untuk kampanye. Gosip -nya sang calon mengeluarkan biaya satu milyar rupiah untuk menjadi jagoan partai dan berkampanye. Coba kalikan dengan jumlah caleg saat ini. Ok.tak perlu 1 M, cukup 1 JT saja, dikali ribuan caleg se-luruh Indonesia. Hasilnya tetap saja "banyak".
Jadi buat apa memilih jika hasilnya saja "busuk"?
Justru itu supaya nasib bangsa ini (paling tidak) bisa terselamatkan, kita yang sudah memenuhi syarat memilih wajib untuk memilih. Sebaiknya anda tidak golput alias tidak memilih. Saat ini sudah ada beberapa program media yang coba untuk mengupas profil dan kemampuang sang caleg. Misalnya saja BBM (Benar - Benar Membangun), program RCTI tiap senin malam ini, menampilkan sang caleg dan capres. Meski bertema politik namun divariasikan dengan parodi, mengkritik namun lucu.
Seperti membeli sebuah barang, diperlukan pengetahuan untuk memilih dan membeli barang yang berkualitas baik. Sama halnya dengan memilih caleg. Tak perlu terkenal asalkan berkualitas dan berisi pastinya layak untuk dipilih. Di internet ada beberapa web tentang calon legislatif, seperti calegindonesia dan caleg-pemilu2009 yang bisa anda gunakan sebagai referensi pilihan.
Kampanye adalah kesempatan bagi sang calon untuk memperkenal dan memaparkan program nyata jika nantinya terpilih. Bukan ajang untuk sekedar "kumpul masa" dan tingkatkan popularitas. Pernahkan anda ikut sebuat kampanye ? atau menyaksikan sebuah kampanye ? Aneh tapi nyata. Begini contohnya : "Saudara - saudara pilihlah saya karena saya berpihak pada rakyat dan program saya adalah setelah penampilan dari artis berikut !" Artis (biasanya dangdut) mulai bernyanyi dan kontestan mulai bergoyang. Nah bagaimana dengan program calon ? Orasi bahkan terkalahkan oleh hiruk pikuk dendangan sang biduan. Setelah itu ya.. sudah..selesai. Hasilnya bisa ditebak. Yang penting populer tapi programnya ngak jelas. Ujung -ujungnya setelah terpilih, rakyat juga yang menderita. Cobalah mengerti....wahai para calon terhormat. Walahh....