Kamis malam (18 Juni 2009) kemarin, Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengadakan debat antar calon presiden (capres) putaran pertama. Debat capres ini diikuti oleh ketiga capres, yakni : (1) Megawati, (2) Susilo Bambang Yudhoyono dan (3) Jusuf Kalla. Acara debat capres ini ditayangkan secara live dibeberapa stasiun televisi nasional, bahkan acara debat ini juga ditayangkan ulang.
Menarik ? Meski saya menghargai acara ini sebagai kemajuan demokrasi Bangsa Indonesia, namun -- secara pribadi -- saya menganggap acara tersebut bukanlah acara debat, lebih cocok jika diberi nama "pidato antar capres." Debat bagi saya adalah agu argumen, saling melontarkan ide, pendapat dan solusi yang kemudian ditanggapi oleh kontestan lain. Bahkan seharusnya para capres bisa saling bertukar pertanyaan.
Para capres yang terlihat satria saat berkampanye --bahkan sering melempar sindiran ke capres yang lain justru terlihat kurang bernyali di acara ini. Para capres hanya menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh sang moderator. Lebih menarik jika ada tanya jawab antar capres terkait dengan jawaban dari capres yang lain. Bukan hanya untuk seru - seruan saja namun dengan adanya tanya jawab, maka si capres akan terpacu untuk membuktikan kebenaran jawabannya dan rakyatpun bisa lebih memahami visi misi dari si capres.
Pidato memang penting, namun bukan di saat acara debat. Pidato ataupun janji - janji capres sering terlontar di kampanye atau pun iklan - iklan di media. Saya bertanya - tanya dengan komitmen dari sang capres untuk memperjuangkan janji yang telah terlontar.
Sang moderator kerap bertanya : " jika bapak/ibu terpilih menjadi presiden, maka...." Jarang sekali saya mendengar pertanyaan : "jika bapak/ibu terpilih menjadi presiden dan gagal mewujudkan janji anda terhadap rakyat, apa tindakan bapak/ibu ?"
Seharusnya selain melontarkan janji (dan berharap terpilih) para capres juga memberikan jaminan bagi rakyat jika nantinya janji yang terucap tidak terwujud atau terlupakan. Komitmen bukan hanya sekedar kontrak politik yang sering digembar - gemborkan oleh kalangan partai politik tertentu. Yang terpenting adalah langkah konkret (nyata) jika janji tersebut tidak tercapai.
Contoh mudahnya seperti ini; bagaimana jika si capres yang terpilih menjadi presiden tidak mewujudkan janji kampaye-nya, maka semua harta bendanya plus perusahaanya diberikan kepada rakyat yang membutuhkan. Nah, ini baru seru dan nyata ! Atau si presiden tidak akan mencalonkan diri dalam pemilu berikutnya ? Banyak alternatif yang bisa dipilih, asalkan bukan sekedar kontrak politik. Rakyak ngak ngerti apa itu kontrak politik. Bagaimana bapak/ibu capres terhormat, siapkah jika rakyat nantinya menagih janji ?