Tari pendet yang dimunculkan dalam iklan pariwisata Malaysia berjudul "Enigmatic Malaysia" yang ditayangkan oleh Discovery Channel, kemudian menimbulkan protes dari pemerintah Indonesia dan masyarakat Indonesia. Lalu bagaimana komentar pemerintah dan masyarakat Malaysia terkait tuduhan klaim terhadap tari pendet tersebut ? Berikut tanggapan dan komentar dari pemerintah dan masyarakat Malaysia terkait hal tersebut (sumber : vivanews.com) :
Pemerintah Malaysia :
Pemerintahan Malaysia diwakilkan oleh tiga perwakilan kuasa usaha sementara Kedutaan Besar Malaysia, yaitu Amran Mohammad Zein, Jamil Darus, dan Mohammad Norhisyam Mohammad Yusof. Saat menemui Menteri Budaya dan Pariwisata, Jero Wacik, perwakilan pemerintah Malaysia menegaskan bahwa Malaysia tidak pernah mengklaim Tari Pendet menjadi bagian budaya Malaysia. Yang terjadi selama ini hanya salah paham belaka.
"Tidak ada klaim dari Pemerintah Malaysia atas tarian tersebut," tegas Amran Mohammad Zein.
"Ini maklumat awal yang perlu dijelaskan. I am in the position of goverment dan kita sama-sama mencari jalan terbaik atas isu ini, agar tak menimbulkan masalah. Kami mohon media untuk bersabar," ujarnya.
Masyarakat Malaysia :
"Kalau memang Pendet milikmu, kenapa kau khawatir berlebihan. Malaysia tak pernah mengklaim itu," kata seorang warga Malaysia, Harris, seperti dimuat laman Malay Mail, Rabu 26 Agustus 2009.
Ditambahkan dia, Discovery Channel telah mengaku salah. "Berhenti menuduh Malaysia mencuri kebudayaan. Kebudayaan seharusnya menyatukan kita, bukan justru memisahkan, betapa bodohnya," tambah dia.
Dalam laman yang sama, seseorang yang tak mau disebutkan namanya justru menganggap media di Indonesia memanfaatkan isu tari Pendet untuk tujuan komersial dan menarikan ratingnya. Ini pendapatnya soal pemakaian identitas kultural Indonesia oleh Malaysia.
"Apa Anda tidak tahu di Malaysia ada orang Jawa, Bugis, Maluku, Minang, Dayak, Melayu, Manado, dal lain-lain. Darimana kebudayaan dan tradisi yang mereka miliki ?," kata dia.
Sementara, seseorang yang mengatasnamakan dirinya sebagai 'creative person' menganggap orang Indonesia terlalu sensitif.
"Dalam salah satu film dokumenter Malaysia tentang kelahiran batik, ada cuplikan sebuah tarian Jawa. Dijelaskan pula pengaruh batik Jawa pada batik Malaysia. Saya tidak merasa ini adalah kekeliruan."
"Pemerintah dan bangsa Indonesia seharusnya berterimakasih pada rumah produksi Malaysia yang menyelipkan informasi tentang itu dan menyiarkannya di saluran internasional seperti Discovery Channel," kata dia.
Indonesia seharusnya tak terlalu sensitif dan memandang negatif Malaysia. "Ironisnya, satu episode 'Enigmatic Malaysia' berjudul 'Melakan Portuguese' memenangkan penghargaan dalam Bali International Film Festival tahun lalu. Hmmmmm...," tambah si 'creative person'
Satu lagi warga Malaysia, Iskandar Khazimin Razali mengatakan Indonesia dan Malaysia datang dari nenek moyang yang sama, dari Sumatera dan Jawa. Mereka juga datang ke Malaysia membawa kebudayaannya. "Mengapa kami tidak dapat merasa memiliki kebudayaan itu ?," kata dia.
Ditambahkan iskandar, tari Pendet bukan isu besar. "Masih banyak isu yang harus Anda beri perhatian besar, misalnya terorisme, pembangunan ekonomi, teknologi," kata dia.
Jika tari Pendet diaku sebagai asli Indonesia dan hanya Indonesia yang memiliki, kata Iskandar, mengapa dpemerintah Indonesia tak menjadikannya komersial secara internasional. "Yah, saya tahu mengapa, mungkin karena Anda menghadapi birokrasi yang panjang dan urusan yang berkaitan dengan uang."
"Terus terang, kami orang Malaysia tak peduli dengan persoalan ini, sejujurnya kami muak. Kalian bisa mengklaim apapun sebagai milik Indonesia," kata dia seperti dimuat laman Malay Mai, Selasa 25 Agustus 2009.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Komentar felixsdp :
Saya mungkin hanya orang "bodoh" yang mencoba untuk berkata (sedikit) bijak. Tak ada bangsa manapun yang mau kebudayaannya diambil oleh bangsa lain dan tak ada bangsa manapun yang mau disalahkan. Intinya ; semua akan berkata "sayalah yang paling benar dan yang lain salah ".
Indonesia dan Malaysia adalah dua negara yang telah digariskan untuk bertetangga sejak bumi ini berputar dan seterusnya. Kita tidak akan mungkin menjauh dari Malaysia. Kedekatan geografis, kultur, bahasa dan garis nenek moyang akan menimbulkan "gesekan" bagi kita.
Malaysia mungkin berulah, klaim ini, klaim itu, rebut ini, rebut itu, siksa ini, siksa itu; Namun adakah alasan kenapa Malaysia (dan bangsa lain) memperlakukan kita seperti itu ?
Karena kita kurang menjaga budaya kita ? kita terlihat kurang pintar sehingga dibodohkan bangsa lain ? atau karena kita terlalu tinggi hati sehingga tidak melihat kekurangan kita dan ingin diperlakukan seperti "bos" padahal kita hanya seorang "kacung" ?
Tak ada yang mau direndahkan, bahkan anjing pun akan marah jika diganggu dan disiksa. Jadi wajar jika seorang manusia pun merasa tersinggung dan marah. Namun, yang membedakan manusia dengan (maaf) anjing adalah kita memiliki pikiran.
Menghadapi Malaysia (atau siapapun) tidak akan memberikan hasil efektif selama Malaysia memiliki "kemampuan" di atas kita. Masih ada yang perlu kita benahi terlebih dahulu. Kemiskinan, pengangguran, korupsi, dan yang paling santer adalah terorisme. Tak cukup dengan menyalahkan negara lain,kita pun harus terus bangkit dan berjuang. Hingga tiba saatnya untuk kita ucapkan "Kamilah bangsa besar : berpikir maju dan berjiwa besar ; INDONESIA ! "
Pemerintah Malaysia :
Pemerintahan Malaysia diwakilkan oleh tiga perwakilan kuasa usaha sementara Kedutaan Besar Malaysia, yaitu Amran Mohammad Zein, Jamil Darus, dan Mohammad Norhisyam Mohammad Yusof. Saat menemui Menteri Budaya dan Pariwisata, Jero Wacik, perwakilan pemerintah Malaysia menegaskan bahwa Malaysia tidak pernah mengklaim Tari Pendet menjadi bagian budaya Malaysia. Yang terjadi selama ini hanya salah paham belaka.
"Tidak ada klaim dari Pemerintah Malaysia atas tarian tersebut," tegas Amran Mohammad Zein.
"Ini maklumat awal yang perlu dijelaskan. I am in the position of goverment dan kita sama-sama mencari jalan terbaik atas isu ini, agar tak menimbulkan masalah. Kami mohon media untuk bersabar," ujarnya.
Masyarakat Malaysia :
"Kalau memang Pendet milikmu, kenapa kau khawatir berlebihan. Malaysia tak pernah mengklaim itu," kata seorang warga Malaysia, Harris, seperti dimuat laman Malay Mail, Rabu 26 Agustus 2009.
Ditambahkan dia, Discovery Channel telah mengaku salah. "Berhenti menuduh Malaysia mencuri kebudayaan. Kebudayaan seharusnya menyatukan kita, bukan justru memisahkan, betapa bodohnya," tambah dia.
Dalam laman yang sama, seseorang yang tak mau disebutkan namanya justru menganggap media di Indonesia memanfaatkan isu tari Pendet untuk tujuan komersial dan menarikan ratingnya. Ini pendapatnya soal pemakaian identitas kultural Indonesia oleh Malaysia.
"Apa Anda tidak tahu di Malaysia ada orang Jawa, Bugis, Maluku, Minang, Dayak, Melayu, Manado, dal lain-lain. Darimana kebudayaan dan tradisi yang mereka miliki ?," kata dia.
Sementara, seseorang yang mengatasnamakan dirinya sebagai 'creative person' menganggap orang Indonesia terlalu sensitif.
"Dalam salah satu film dokumenter Malaysia tentang kelahiran batik, ada cuplikan sebuah tarian Jawa. Dijelaskan pula pengaruh batik Jawa pada batik Malaysia. Saya tidak merasa ini adalah kekeliruan."
"Pemerintah dan bangsa Indonesia seharusnya berterimakasih pada rumah produksi Malaysia yang menyelipkan informasi tentang itu dan menyiarkannya di saluran internasional seperti Discovery Channel," kata dia.
Indonesia seharusnya tak terlalu sensitif dan memandang negatif Malaysia. "Ironisnya, satu episode 'Enigmatic Malaysia' berjudul 'Melakan Portuguese' memenangkan penghargaan dalam Bali International Film Festival tahun lalu. Hmmmmm...," tambah si 'creative person'
Satu lagi warga Malaysia, Iskandar Khazimin Razali mengatakan Indonesia dan Malaysia datang dari nenek moyang yang sama, dari Sumatera dan Jawa. Mereka juga datang ke Malaysia membawa kebudayaannya. "Mengapa kami tidak dapat merasa memiliki kebudayaan itu ?," kata dia.
Ditambahkan iskandar, tari Pendet bukan isu besar. "Masih banyak isu yang harus Anda beri perhatian besar, misalnya terorisme, pembangunan ekonomi, teknologi," kata dia.
Jika tari Pendet diaku sebagai asli Indonesia dan hanya Indonesia yang memiliki, kata Iskandar, mengapa dpemerintah Indonesia tak menjadikannya komersial secara internasional. "Yah, saya tahu mengapa, mungkin karena Anda menghadapi birokrasi yang panjang dan urusan yang berkaitan dengan uang."
"Terus terang, kami orang Malaysia tak peduli dengan persoalan ini, sejujurnya kami muak. Kalian bisa mengklaim apapun sebagai milik Indonesia," kata dia seperti dimuat laman Malay Mai, Selasa 25 Agustus 2009.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Komentar felixsdp :
Saya mungkin hanya orang "bodoh" yang mencoba untuk berkata (sedikit) bijak. Tak ada bangsa manapun yang mau kebudayaannya diambil oleh bangsa lain dan tak ada bangsa manapun yang mau disalahkan. Intinya ; semua akan berkata "sayalah yang paling benar dan yang lain salah ".
Indonesia dan Malaysia adalah dua negara yang telah digariskan untuk bertetangga sejak bumi ini berputar dan seterusnya. Kita tidak akan mungkin menjauh dari Malaysia. Kedekatan geografis, kultur, bahasa dan garis nenek moyang akan menimbulkan "gesekan" bagi kita.
Malaysia mungkin berulah, klaim ini, klaim itu, rebut ini, rebut itu, siksa ini, siksa itu; Namun adakah alasan kenapa Malaysia (dan bangsa lain) memperlakukan kita seperti itu ?
Karena kita kurang menjaga budaya kita ? kita terlihat kurang pintar sehingga dibodohkan bangsa lain ? atau karena kita terlalu tinggi hati sehingga tidak melihat kekurangan kita dan ingin diperlakukan seperti "bos" padahal kita hanya seorang "kacung" ?
Tak ada yang mau direndahkan, bahkan anjing pun akan marah jika diganggu dan disiksa. Jadi wajar jika seorang manusia pun merasa tersinggung dan marah. Namun, yang membedakan manusia dengan (maaf) anjing adalah kita memiliki pikiran.
Menghadapi Malaysia (atau siapapun) tidak akan memberikan hasil efektif selama Malaysia memiliki "kemampuan" di atas kita. Masih ada yang perlu kita benahi terlebih dahulu. Kemiskinan, pengangguran, korupsi, dan yang paling santer adalah terorisme. Tak cukup dengan menyalahkan negara lain,kita pun harus terus bangkit dan berjuang. Hingga tiba saatnya untuk kita ucapkan "Kamilah bangsa besar : berpikir maju dan berjiwa besar ; INDONESIA ! "