Pertanyaan tersebut spontan terlontar dari rekan kantor saat tiba-tiba listrik di kantor saya padam. Memang bukan kebetulan, karena pemadaman di Jakarta terkait dengan terbakarnya gardu cawang selasa kemarin (29/09/09). Dengan kerusakan gardu tersebut, maka pasokan listrik pun terganggu. Akibatnya, warga Jakarta pun harus "rela" merasakan pemadaman listrik secara bergilir.
Pemadaman dilakukan selama 4 jam dimulai dalam kurun waktu pukul 08.00 pagi sampai pukul 22.00 wib. Adapun daerah yang mengalami pemadaman bergilir di wilayah Jakarta Barat, Sebagian Tangerang, Teluk Naga, Cileduk, Gambir, Kuningan, Mampang, Pulomas Cawang, Cililitan dan sekitarnya.
Sayangnya, ternyata kondisi pemadaman listrik bergilir ini bisa berlangsung dalam waktu cukup lama. Pihak PLN memperkirakan kondisi listrik di wilayah Jakarta baru bisa kembali normal paling cepat dalam sebulan pasca rusaknya gardu induk listrik di Cawang.
Bisa dibayangkan jika kota sebesar dan sesibuk Jakarta mengalami pemadaman listrik. Berapa banyak biaya yang terbuang untuk menyewa diesel listrik ? Berapa banyak kerugian yang ditanggung pelaku usaha ?
Mungkin inilah yang terlintas dalam benak salah seorang pemimpin negeri ini yang mengusulkan untuk diadakan program listrik 10 ribu Mega Watt. Rasanya memang saat ini, kebutuhan sumber listrik baru memang harus segera terlaksana. Apalagi negeri ini kaya akan sumber penghasil listrik "gratis", contohnya: angin, air, panas bumi atau bahkan sinar matahari. Rasanya aneh jika dengan sumber daya alam yang melimpah negeri ini justru kekurangan pasokan listrik. Bagaimana jadinya jika negara lain menyerang negeri ini ? Cukup dengan menghancurkan fasilitas listrik di beberapa bagian maka negeri ini akan lumpuh. A
yo jangan hanya ngomongin soal politik, bagi kekuasaan, lalu korupsi. Bangun negeri ini donk...?!