Jika kita melihat orang menguap, secara otomatis kita akan mengasumsikan bahwa orang tersebut tengah mengantuk. Namun, muncul teori bahwa menguap juga bisa mewakili berbagai ungkapan emosi termasuk hasrat seksual.
Sayangnya, belum banyak detail yang terungkap dari teori tersebut. Kabarnya, para ahli juga belum bisa membedakan antara menguap untuk menyampaikan hasrat seksual dengan tanda-tanda bahwa seseorang sudah mengantuk.
Dikutip dari Telegraph, Senin (28/6/2010), teori tersebut baru akan akan dibahas untuk pertama kalinya dalam International Conference on Yawning yang digelar di Paris, Kamis mendatang.
Meski faktanya manusia menguap sekitar 240.000 kali seumur hidupnya, berbagai misteri tentang proses alamiah tersebut masih belum terungkap. Bahkan penyebab orang butuh menguap juga masih simpang siur.
Spekulasi paling populer tentang menguap adalah bahwa proses tersebut dibutuhkan oleh otak untuk mengambil oksigen sebanyak-banyaknya. Namun belakangan dugaan tersebut dibantah sendiri oleh para ahli.
"Teori tersebut sulit dijelaskan. Sama seperti kita bisa mengirim orang ke bulan, tetapi tidak banyak hal yang bisa dijelaskan dari prestasi tersebut," ungkap Wolter Seuntjens, akademisi asal Belanda yang mempelopori chasmologi atau ilmu tentang menguap.
Konsep tentang menguap sebagai ungkapan hasrat seksual juga dicetuskan oleh Seuntjens. Ia mengemukakan pemikiran tersebut setelah mencatat banyak seksolog menerima keluhan dari pasiennya, yang sering menguap selama foreplay.
Selain itu, menguap sebagai ungkapan erotis juga muncul dalam novel karya DH Lawrence, Lady Chatterley yang ditulis tahun 1928. Menguap digambarkan dalam ungkapan 'Meregang dengan penasaran dan penuh harap'.