"Alangkah lucunya negeri ini". Itu adalah kalimat pertama yang terlintas di dalam pemikiran saya ketika melihat, membaca dan mendengar kejadian di negeri tercinta ini; Indonesia. Ada banyak peristiwa dalam beberapa hari terakhir, dari penyerangan ke golongan tertentu sampai pemberhentian distribusi film hollywood di Indonesia. Pasti anda pun juga tahu peristiwa tersebut. Karena peristiwa itu menjadi headline news di sebagian besar kantor berita; koran, televisi, internet hingga radio.
Yang menjadi lucu adalah ketika melihat peristiwa yang terjadi akibat "kebodohan" pihak tertentu, namun yang lebih "bodoh" adalah aplikasi penegakan peraturan (baca : hukum) di negeri ini. Jika kita ingat beberapa kasus besar seperti : Bibit-Chandra atau Ariel-Peterpan, pemerintah negeri ini akan berkata : "biarkan proses hukum berjalan, karena ini adalah negeri hukum. Jadi hukumlah jenderal tertinggi di negeri ini yang harus dipatuhi." Terdengar tegas dan berpegang pada hukum. Meskipun sebagian rakyat (klo boleh mengatasnamakan rakyat, seperti elite politik di gedung) menginginkan campur tangan pemerintah. Namun pemerintah tetap tegas. Hukum tidak bisa diintervesi oleh pemerintah. Titik !
Namun, jika melihat kejadian penyerangan di Cieusik dan Temanggung, saya akan menjadi heran melihat kenyataan penegakan hukum di negeri ini. Memang sejumlah orang sudah ditetapkan sebagai tersangka. Yang menyesakan hati adalah kekerasan yang terjadi tak mampu dicegah atau dihentikan oleh aparat berwajib di tempat kejadian. Apa daya, 3 nyawa tak bersalah harus melayang, karena terhentinya penegakan hukum oleh aparat.
Setelah itu, muncul opini untuk membubarkan ormas yang bertindak anarkis oleh pemerintah. Yang lucunya lagi, kemudian ada sebuah pernyataan dari kelompok tertentu yang akan menjatuhkan pemerintah ini jika hal itu (pembubaran) dilakukan. Hebat betul ya...??? Coba anda bayangkan sebuah ormas kecil bisa mengancam pemerintahan yang dipilih oleh rakyat. Yang dimenangkan dari pemilihan umum. Dan lucunya lagi, ormas ini telah beberapa kali melakukan tindakan kekerasan berulang kali. Tanpa ada tindakan tegas dari aparat berwenang.
Sayang, sungguh sayang, jika sebuah ormas radikal yang tak mengunakan jalan anarkis sebagai dialog dibiarkan begitu saja. Ingat : Hukum adalah jenderal tertinggi di negeri ini! Lha? Dimana kepatuhan ormas itu terhadap hukum negeri ini? Jika mereka meremehkan hukum, berarti sudah layak diawasi, karena mereka bisa melanggar hukum kapan saja.Kenapa aparat tidak bertindak tegas, sebelum peristiwa anarkis terjadi lagi?
Memang tak bisa dipastikan, dibeberapa warung kopi, tempat kong-kow, beredar opini. Kalau aparat tidak berani menindak, jangan-jangan ini adalah skenario licik untuk menutupi kasus besar. Dengan peristiwa penyerangan ini, masih ingatkan anda dengan kasus Gayus? Century Gates? Atau rekening gendut perwira?
Kelucuan negeri ini, bahkan juga dilakukan oleh pemimpin PSSI; Nurdin Halid yang menolak turun, meski sudah didemo oleh seluruh suporter Indonesia. Namun, ia tetep keukeuh menjabat pemimpin induk organisasi sepak bola di negeri ini. Lucunya lagi, ia justru mencalonkan kembali sebagai ketum ! Ngak sadar atau memang sudah mati rasa ? Entahlah, hanya Nurdin dan Tuhan yang tahu !
Kesimpulannya : kejadian di negeri ini memang lucu namun, sayangnya bukan memberikan hiburan bagi penonton, namun justru menyusahkan dan bisa-bisa kejadian di benua Afrika pun terjadi di negeri ini. Semoga tidak !
Artikel keren lainnya: