Alfred Riedl adalah pelatih timnas Indonesia di Piala AFF 2010 kemarin. Meski "hanya" mampu membuat Indonesia meraih peringkat kedua, namun kiprah timnas sangat membanggakan. Seingat saya, baru kali ini (semenjak saya ada), rakyat Indonesia benar-benar terpuaskan menyaksikan perjuangan tim merah-putih. Dukungan tiada henti diteriakan ribuan suporter di setiap pertandingan timnas. Hasilnya ? Hanya sekali kalah dari sembilan pertandingan !
Bagi saya yang menarik dari sosok Riedl adalah kemampuannya untuk mendisiplinkan pemain timnas dan memberikan karakter terhadap permainan tim. Sifatnya yang tegas juga membuat striker Bambang Pamungkas mengumpamakan sebagai "kulkas empat pintu". Meski belum memberikan tropi namun kepelatihan dan kepemimpinan Riedl patut dipuji.
Beberapa hari lalu, PSSI melalui ketua baru terpilih, Djohan Arifin Husein, secara mengejutkan memutuskan memecat Alfred Riedl dan mengantikannya dengan Wim Rijsbergen, mantan pelatih PSM Makasar di LPI.
Alasan pemecatan adalah karena kontrak Riedl bukan dilakukan dengan institusi PSSI, melainkan dengan Nirwan Bakrie. Sehingga dinilai kontrak pribadi dan tidak jelas. Lucunya Djohan juga tidak bisa menemukan salinan kontrak Riedl di kantor PSSI. Bagaimana bisa mengatakan Riedl dikontrak pribadi, jika kontraknya belum dilihat?
Beberapa orang berpendapat di forum-forum online bahwa penggantian lebih dikarenakan Riedl dianggap warisan orde lama era Nurdin yang wajib disingkirkan. Opini lain, mengatakan bahwa pengurus sekarang pro biru, sedangkan yang dulu pro kuning. Entahlah mana yang benar.
Suporter setia
Menurut penilaian pribadi saya, pengatian Riedl memang kurang pas. Apalagi hanya berselisih 10 hari dari pertandingan melawan Turkmenistan di ajang Pra-Piala Dunia. Toh, tak ada salahnya memberi kesempatan bagi Riedl untuk memimpin di dua pertandingan , sebelum akhirnya diganti. Pengantian yang mendadak, justru akan merusak konsentrasi tim dan pelatih baru pasti memerlukan adaptasi, demikian juga adaptasi pemain terhadap pelatih.
Soal hasil tak usahlah diharapkan. Dengan persiapan yang alakadarnya dan serba mempet, kemenangan bisa dibilang hanya sebuah mukjizat. Sori, bukan bermaksud untuk pesimis, saya hanya realistis menatap peluang Garuda.
Bagi bangsa Indonesia prestasi timnas sepakbola adalah sebuah dahaga terbesar, namun bagi suporter setia, kebanggaan adalah segalanya. Bangga mendukung timnas apapun prestasinya dan bangga menjadi suporter timnas. Saya masih ingat betapa bangganya menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama ribuan pendukung lain dan sorakan kegembiraan saat gol tercipta. Sungguh suatu momen yang tak terlupakan. Benarlah apa yang dikatakan oleh mantan presiden Soekarno; "olahraga adalah pemersatu bangsa".
Sebagai seorang suporter timnas, saya akan selalu berharap yang terbaik untuk tim merah-putih. Hanya saja, saya sedikit menyayangkan apa yang dilakukan pengurus baru PSSI terhadap Alfred Riedl. Pemecatan dan pengantian pelatih adalah hal yang sangat wajar di sepakbola. Namun, sebaiknya hal itu dilakukan dengan cara elegan dan bermatabat. Bagaimana pun Riedl telah memberikan sumbangsihnya untuk kemajuan sepakbola Indonesia. Ditamban dengan prestasi yang diraih, apalah susahnya untuk mengucapkan terima kasih dan menghormatinya dengan cara yang lebih layak.
Jangan karena kepentingan kelompok tertentu, tindakan konyol dilakukan dan akhirnya justru merugikan kepentingan timnas. Jika tidak diselesaikan dengan cara baik-baik, bukan tidak mungkin Riedl akan mengadukan ke FIFA dan yang saya khwatirkan adalah penilaian jelek terhadap PSSI.
Indonesia dikenal sebagai bangsa yang sopan, santun, ramah dan bermartabat, tapi kenapa justru memperlakukan seorang Riedl dengan cara yang kurang pantas. Jika memang ada masalah dengan kontrak, bukankah hal itu bisa diperbincangkan terlebih dahulu ?
Sekali lagi saya bukan pro Riedl atau pro golongan tertentu. Namun, pergantian pelatih sedemikian mendadak juga sulit memberikan prestasi maksimal. Bahkan seorang pelatih sekelas MOurinho pun pasti tak akan mampu !
Saat saya membaca sebuah tulisan seorang wartawan bola senior, beliau mengatakan bahwa serorang pemimpin harus bisa melihat lebih tinggi untuk melihat lebih luas. Saya berharap bapak Djohan tahu dan menyadari yang terbaik buat timnas Garuda dan bangsa Indonesia. Semoga hanya ada merah-putih di PSSI. Dan apapun yang terjadi, saya adalah seorang pendukung setia merah-putih. "INDONESIA...INDONESIA,...INDONESIA"