Hari-hari ini yang namanya kredit alias nyicil semakin tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari banyak orang. Beli motor nyicil. Beli TV nyicil.... Beli rumah di kota besar apa lagi. Sepertinya hanya segelintir orang saja yang sanggup membeli tunai.
Emang sih sekarang sudah banyak cicilan dengan bunga 0% tapi kebanyakan masih dikenakan bunga. Iya kan? Nah..namanya berurusan dengan duit, rasanya tidak bijak jika mengambil keputusan kredit tanpa mengenal jelas bunga yang harus dibayar. Meskipun pada kenyataanya, kebanyakan orang masih tidak paham cara menghitung bunga pinjaman. Katanya ribet...mmm.. Sebenernya ngak juga sih. Butuh sedikit waktu aja buat belajar. Kalo udah tau rumusnya kan tinggal hitung dengan kalkulator.
Berikut adalah info soal jenis-jenis bunga yang ada sekaligus cara menghitungnya :
Bunga flat
Dalam setiap brosur penawaran kredit kendaraan atau kredit tanpa agunan (KTA), seringkali terdapat tabel berisi besaran pinjaman, tenor kredit, dan besaran angsuran. Cek kolom angsuran di mana tiap bulan tertera jumlah angsuran yang selalu sama sampai berakhirnya masa kredit.
Itu bisa menjadi indikasi kredit itu menerapkan suku bunga flat. Jenis bunga ini perhitungannya paling mudah karena tiap bulan angsurannya sama, bunganya sama, cicilan pokoknya sama. Dalam kredit dengan bunga flat, plafon kredit dan besaran bunga akan dihitung secara proporsional sesuai dengan jangka waktu kredit.
Rumus perhitungannya
Bunga perbulan = (P x I x t)/jb
P = pokok pinjaman
I = suku bunga per tahun
t = jumlah tahun jangka waktu kredit
jb = jumlah bulan dalam jangka waktu kredit
Contoh kasus:
Pokok pinjaman : Rp 24.000.000
Bunga flat : 5 %/tahun
Jangka waktu kredit : 24 bulan
Penghitungan bunga : Rp (24.000.000 X 5% X 2) / 24 = Rp 100.000
Dengan begitu, mulai dari angsuran pertama sampai terakhir besarannya adalah Rp 1,1 juta.
Bunga efektif
Jenis bunga ini juga punya istilah sliding rate. Kredit yang mengaplikasikan bunga efektif ini angsurannya dihitung berdasarkan sisa pokok utang. Alhasil, perhitungan porsi bunga dan pokok dalam angsuran tiap bulan bakal berubah terus meski besaran angsuran per bulannya tetap sama.
Umumnya, sistem bunga efektif ini dikenakan pada kredit jangka panjang seperti KPR atau kredit investasi. Kenapa? Karena jenis bunga efektif ini lebih berguna untuk pinjaman jangka panjang yang tak perlu buru-buru dilunasi di tengah jalan. Pasalnya, beban bunga yang dibayarkan nilainya lebih kecil bila dibandingkan dengan bunga flat.
Kok bisa? Ya itu tadi karena bunga dihitung berdasarkan sisa utang pokok yang belum dibayar sehingga besaran bunga per bulan akan berubah berdasarkan nilai pokok yang terhutang. Besaran bunga yang dibayar tiap bulan akan semakin menciut.
Lantaran besaran bunganya menciut, otomatis angsuran per bulan akan semakin turun dari waktu ke waktu. Pendek kata, besaran angsuran kedua akan lebih kecil dari angsuran pertama. Begitu pun saat bayar angsuran ketiga maka nilainya lebih kecil dari angsuran kedua.
Rumus perhitungannya:
Bunga = SP X i X (30/360)
SP = saldo pokok pinjaman bulan sebelumnya
i = suku bunga per tahun
30 = jumlah hari sebulan
360 = jumlah hari dalam setahun
Contoh kasus
Pokok pinjaman : Rp 24.000.000
Bunga : 10 %/tahun
Jangka waktu kredit : 24 bulan
Besaran bunga efektif bulan 1
= Rp 24.000.000,00 x 10% x (30 hari/360 hari)
= Rp 200.000,00
Angsuran pokok dan bunga bulan 1 = Rp 1.000.000,00 + 200.000,00 = Rp 1.200.000,00
Besaran bunga efektif bulan 2
= Rp 23.000.000,00 x 10% x (30 hari/360 hari)
= Rp 191.666,67
Angsuran pokok dan bunga bulan 2 = Rp 1.000.000,00 + 191.666,67 = Rp 1.191.666,67
Di situ terlihat angsuran keduanya nilainya Rp 1.191.666,67 yang lebih kecil dari angsuran pertama sebesar Rp 1,2 juta.
Bunga anuitas
Kalau yang satu ini besar angsurannya sama tapi komposisi bunga dan pokok angsuran berubah secara periodik. Angsuran pokok per bulannya bakal membesar tapi di saat bersamaan besaran bunganya per bulan mengecil.
Porsi bunga di masa awal pinjaman emang jadi sangat besar tapi perlahan-lahan mengecil. Satu hal yang perlu diketahui, rumus perhitungannya sama dengan bunga efektif.
Rumus perhitungannya:
Bunga = SP X i X (30/360)
SP = saldo pokok pinjaman bulan sebelumnya
i = suku bunga per tahun
30 = jumlah hari sebulan
360 = jumlah hari dalam setahun
Contoh kasus
Pokok pinjaman : Rp 24.000.000
Bunga : 10 %/tahun
Jangka waktu kredit : 24 bulan
Besaran bunga anuitas angsuran 1
= Rp 24.000.000,00 x 10% x (30 hari/360 hari)
= Rp 200.000,00
Angsuran pokok dan bunga pada bulan 1 adalah
Rp 907.478,00 + 200.000,00 = Rp 1.107.478,00
Besaran bunga anuitas angsuran 2
= Rp 23.092.522,00 x 10% x (30/360)
= Rp 192.438,00
Angsuran pokok dan bunga pada bulan 2
Rp 915.040,00 + 192.438,00 = Rp 1.107.478,00
Dari situ bisa diperhatikan kalau angsuran yang mesti dibayarkan tiap bulan selalu sama, yakni Rp 1.107.478. Kemudian perhatian di angsuran pokok dan bunganya pada angsuran pertama dan kedua yang besarannya berbeda.
Selain dibagi berdasarkan perhitungan proporsi pokok pinjaman (seperti 3 di atas) bunga juga bisa dibagi 2 berdasarkan sifatnya.
Bunga tetap (fixed)
Sepertinya sudah cukup jelas ya, kalau bunga tetap artinya besaran bunga tidak akan berubah sepanjang waktu yang dijanjikan. Untuk beberapa kasus (seperti KTA) bunga tetap bisa berlangsung sepanjang waktu pinjaman. Jadi kalau ditulis bunga tetap 14% dan jangka waktu pinjamannya 5 tahun...ya selama 5 tahun itu bunganya 14%.
Tapi tidak tertutup kemungkinan bunga tetap cuma berlaku untuk beberapa tahun pertama. Untuk KPR sering seperti ini. Jadi misalnya bunga untuk 2 tahun pertama 11%...selanjutnya...mengambang tergantung suku bunga kredit dari BI berapa. Kalo suku bunga kredit naik, ya ikutan naik deh bunganya.
Contoh cara menghitung suku bunga tetap dihitung dengan menggunakan sisa pokok pinjaman (sliding rate)
Pokok pinjaman : Rp 24.000.000
Bunga : 14 %/tahun
Jangka waktu kredit : 24 bulan
Bulan 1
Bunga = 14% X Rp 24.000.000/12 X 1 = Rp 280.000
Pokok pinjaman = Rp 24.000.000/24 = Rp 1.000.000
Angsuran bulan 1 = Rp 1.000.000 + Rp 280.000 = Rp 1.280.000
Bulan 2
Sisa pokok pinjaman = Rp 24.000.000 – Rp 1.280.000 = Rp 22.270.000
Bunga = 14% X Rp 22.270.000/12 x 1 = Rp 259.816
Angsuran bulan 2 = Rp 1.000.000 + Rp 259.816 = Rp 1.259.816
Bunga mengambang (floating)
Jenis bunga ini berkebalikan dengan bunga tetap. Sesuai dengan istilahnya, mengambang (floating), maka penerapan bunganya mengikuti dinamika naik turun suku bunga pasar.
Bila suku bunga di pasaran turun maka bunga kredit ikutan turun. Sebaliknya, bila suku bunga pasar naik maka bunga kredit bakal mengikutinya.
Sistem bunga ini seringkali diterapkan untuk kredit pemilikan rumah (KPR), modal kerja, usaha, maupun kredit jangka panjang lainnya.
Jamakkan mendapat promo kredit rumah dari sebuah bank yang menawarkan penggunaan kombinasi dua jenis bunga. Misalnya promosi suku bunga hanya 7% fixed dua tahun lalu tahun ketiga berdasarkan suku bunga pasar.
Contoh kasus saja jika asumsi tingkat suku bunga sebagai berikut:
Suku bunga bulan 1-4 14%
Suku bunga bulan 5-8 16%
Dengan menggunakan floating rate, pokok pinjaman tetap sama. Yang beda adalah perhitungan suku bunganya sebagai berikut:
Pokok pinjaman : Rp 24.000.000
Jangka waktu kredit : 24 bulan
Bulan 1
Bunga = 14% X Rp 24.000.000/12 X 1 = Rp 280.000
Pokok pinjaman = Rp 24.000.000/24 = = Rp 1.000.000
Angsuran bulan 1 = Rp 1.000.000 + Rp 280.000 = Rp 1.280.000
Bulan 5
Bunga = 16% X Rp 24.000.000/12 X1 = Rp 320.000
Angsuran bulan 5 = Rp 1.000.000 + Rp 320.000 = Rp 1.320.000
Begitu seterusnya di mana besaran angsuran tergantung dari naik turun suku bunga.
Nah... itulah jenis-jenis bunga serta cara untuk ngitungnya. Buat saran sih...sebelum kredit apa aja, tanya baik-baik dulu soal perhitungan bunganya. Kalau bunga tetap sampai berapa lama? Selanjutnya perhitungannya seperti apa?
Teliti di awal itu penting supaya tidak kebingungan dan kelimpungan nantinya. Sebagai tambahan, bunga pinjaman itu kadang bisa 'digoyang' kok. Jadi tidak usah malu untuk mencoba nego dengan pihak bank atau leasing kalau mau ambil kredit ini itu. Selamat mencoba !
Artikel keren lainnya: