- Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli.
- de Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus.
- die Waffen Nieder (Letakkan Senjata) karya Berta Von Suttner.
- buku karya Van Eeden.
- buku karya Augusta de Witt
- roman feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek.
- surat kabar Semarang, de Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft.
- leestrommel, paket majalah yang diedarkan toko buku ke pelanggan.
Buku - buku tersebut yang menambah keinginan kuat Kartini untuk memperjuangkan kaum-nya. Perhatiannya tidak hanya kebebasan, otonomi, persamaan hukum dan hak wanita dengan kaum pria, tapi juga masalah sosial umum.
Kartini menikah dengan bupati Rembang, K.R.M Adipati Ario SInggih Djojo Adhiningrat, yang telah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Untungnya, suami Kartini adalah orang yang berpikiran maju. Kartini diberikan kebebasan untuk memperjuangkan keinginannya. Kartini pun mendirikan sekolah bagi kaum wanita. Tiga hari setelah melahirkan putranya (17 September 1904), Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini kemudian dimakamkan di desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang, Jawa Tengah.
Setelah meninggalnya Kartini, surat-surat Kartini kepada sahabat-sahabatnya di Eropa kemudian dikumpulkan dan diterbitkan menjadi sebuah buku dengan judul "Door Duisternis tot Licht" (Habis Gelap Terbitlah Terang). Isi buku tersebut berpengaruh besar dalam mendorong kemajuan wanita Indonesia karena menjadi sumber inspirasi di kemudian hari.
Berkat kegigihan Kartini didirikan "Sekolah Kartini" oleh Yayasan Kartini di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Yayasan Kartini didirikan pada tahun 1912 oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh politik etis.
Untuk memperingati jasa Kartini, Presiden Soekarno (2 Mei 1964) menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun, yang kemudian dikenal sebagai "hari kartini".