Kesatria jika merunut ke kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai orang (prajurit, perwira) yg gagah berani; pemberani. Jika jaman kerajaan, kesatria identik dengan prajurit ataupun perwira. Sedangkan untuk saat ini kata kesatria gampang-gampang susah untuk dihubungan dengan pihak tertentu. Mungkin para penjaga keamanan negeri ini (baca TNI) menjadi pihak yang "berhak" menyandang gelar kesatria. Karena terkait dengan tugas mereka untuk menjaga keamanan negeri ini dari serangan bangsa lain. Namun, kali ini saya tidak membahas TNI.
Ingatkah anda tentang kasus bunuh diri di pusat perbelanjaan beberapa hari yang lalu ? Saya bukanlah ahli kejiwaan, namun logikanya orang memutuskan untuk bunuh diri dikarenakan beban hidup yang "merasa" tidak mampu diatasi. Orang yang berniat mengakhiri hidup berpikir hanya dengan bunuh dirilah semua masalah akan "terselesaikan". Benarkah ? Coba kita gunakan gambaran berikut: ada sebuah batu yang menghalangi jalan kita. Apakah kita bisa melewati batu tersebut ? Pasti bisa ! Bisa dengan meloncati batu, memutari batu atau bahkan menghancurkan batu tersebut. Intinya setiap permasalahan yang dihadapi pasti ada jalan keluar, meski kita harus berusaha terlebih dahulu untuk keluar dari masalah tersebut.
Memang tidak mudah, namun jika tidak dicoba, kita tidak akan tahu hasil akhirnya. Orang yang dalam kondisi "kepepet" pun terkadang bisa mengelurkan kemampuan ekstranya hingga masalah yang tidak mungkin menjadi mungkin. Sayangnya orang yang bunuh diri lebih memilih untuk menghindar dan "lari" dari kejamnya hidup.
Kasus lain yang menjadi perhatian adalah kasus skandal century. Entah kenapa kasus pengelapan uang di century begitu sulit terungkap. Inilah yang membuat beberapa pihak beropini pengelapan dana tersebut digunakan untuk kampanye partai politik tertentu yang saat ini menjadi "penguasa". Capek dan jenuh rasanya melihat kasus yang terus menerus muncul dalam berita, baik media cetak maupun televisi. Kok ya ngak selesai-selesai ya ?
Ibarat film trilogi yang lagi ngetrend, kasus Bibit-Chandra yang sudah selesai berlanjut ke sekuel skandal century. "Film Bibit-Chandra" saja sudah menguras perhatian bangsa ini. Itupun diselesaikan tidak dalam tempo sesingkat-singkatnya.
Skandal century gelagatnya juga tidak akan selesai dalam waktu dekat. Orang boleh melempar opini, namun tetap saja pihak bersalah atas kasus ini bersembunyi. Kasus yang tidak terungkap memungkinkan aktor intektual dan pastinya memiliki kekuasaan di balik semua ini. Pertanyaannya; mana jiwa kesatriamu bung ?
Jika benar orang berkuasa di balik kasus ini, sudah saatnya untuk mengajukan diri dan berani berkata "sayalah yang bertanggung jawab". Herannya dari sekian banyak pemimpin negeri ini tidak ada yang merasa salah dan bertanggung jawab sebagai akibat dari perbuatannya. Yang ada saling melempar kesalahan, lobi sana-lobi sini, paling gampang berdiam diri seolah tidak tahu apa-apa ! Ini yang keterlaluan, si
Minah saja berani mengakui kesalahan tapi pemimpin besar negeri ini justru bersembunyi.
Jika yang bersalah tidak bersikap kesatria, semoga para pembela kebenaran masih bersifat satria dalam mengungkapkan kebenaran di negeri ini, sehingga memberikan rasa adil bagi rakyat yang dikorbankan. Semoga para kesatria masih ada di negeri ini.