Selamat jalan Gus Dur; "Bapak Pluralisme"

Wafatnya Abdurrahman Wahid alias Gus Dur 7 hari yang lalu benar-benar menimbulkan duka mendalam bagi seluruh negeri ini. Sifat dan ketulusan beliau kini telah mendapatkan hasil, karena tak henti-hentinya ribuan orang berziarah dan mendoakan Gus Dur. Seperti yang terlihat dalam acara tujuh hari Gus Dur semalam (selasa, 5/1) ribuan orang datang untuk ikut mendoakan Gus Dur.

Apa yang telah dilakukan oleh Gus Dur memang bisa dibilang fenomenal, dari yang nyentrik seperti rencana pembubaran DPR sampai tindakan tak terlupakan seperti tampil dengan mengunakan celana pendek di depan istana. Jargon Gus Dur yang paling dikenal adalah "gitu aja kok repot" mengambarkan pribadi Gus Dur yang tidak mau terjebak oleh pola pikir sederhana.

Bagi kaum minoritas negeri ini, Gus Dur bisa jadi adalah presiden Indonesia yang paling dikenang. Lewat Gus Dur lah akhirnya peringatan Imlek dirayakan kembali setelah dikekang di orde baru dan menjadi hari libur nasional. Bagi penganut Khong Hu Chu berkat Gus Dur lah, Khong Hu Chu menjadi agama yang dipercaya di Indonesia. Gus Dur pun tak segan datang untuk menghadiri perayaan agama lain atau bersahabat dengan agama lain.

Perbuatan dan pemikiran Gus Dur inilah yang kemudian bisa dilihat saat ini. Ribuan bahkan jutaan masyarakat indonesia baik muslim atau bukan, berdoa bagi Gus Dur. Toleransi beragama yang dimiliki Gus Dur juga mendapatkan pengakuan dari dunia internasional. Bahkan rasa dukacita atas wafatnya Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid juga datang dari pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia, Paus Benediktus XVI. Dalam acara tahlilan 7 hari wafatnya Gus Dur, tokoh umat Katolik Romo Benny Susetyo menyampaikan dan membacakan surat ucapan belasungkawa yang dikirimkan khusus dari Vatikan ini.

"Ya Allah yang mahakasih, kami telah kehilangan negarawan yang sangat besar, yang mengajarkan perbedaan. Kau panggil bapak kami Abdurrahman Wahid yang selalu mengajarkan perdamaian. Bangsa ini membutuhkan beliau," ujar Romo Benny Susetyo membacakan surat Paus Benediktus XVI.

Selain pembacaan surat dan doa dari Paus, dalam acara peringatan wafatnya Gus Dur ini juga dilakukan pembacaan doa dari tokoh agama lintas iman oleh perwakilan dari umat Kristen Protestan, Hindu, Buddha, dan Konghucu.

Wajar jika akhirnya sebutan "bapak pluralisme" disematkan ke Gus Dur, bahkan muncul pula wacana untuk mengangkat Gus Dur sebagai pahlawan nasional. Berbeda dengan Pak Harto yang juga telah wafat, yang dikenal dengan pembangunan fisik, Gus Dur membangun kebersamaan dan persamaan nasib manusia di Indonesia. Selamat jalan Gus Dur, kami semua akan mendoakan yang terbaik untuk mu....