Bertindak sebelum "kepepet"

Waktu masih sekolah dahulu, saya sering menjalankan "SKS" alias "Sistem Kebut Semalam" saat menghadapi ujian. Entah itu ujian catur wulan (cawu) atau ujian naik kelas. Semua materi ilmu dipelajari pada malam sebelum ujian. Hasilnya ? Meski harus "lembur", ternyata saya masih bernasib baik, sehingga bisa lulus dan akhirnya bisa seperti sekarang. Mungkin yang saya alami juga pernah atau sedang anda rasakan, yakni bertindak setelah "kepepet".

Yap, kebanyakan dari kita sering menganggap remeh permasalahan yang dihadapi, sehingga saat hampir batas akhir atau terdesak barulah bertindak. Tindakan yang dilakukan pun bisa dibilang "berantakan". Yang penting beres. Contohnya ya SKS itu.

Beberapa orang berhasil menyelesaikan persoalan yang dihadapi saat kepepet. Kalau kata orang pinter (bukan paranormal lho), kepepet bisa membuat kita mengeluarkan seluruh kemampuan yang kita miliki. Sehingga hal yang mustahil pun menjadi bisa dilakukan. Berarti ngak papa donk kita melakukan "kepepet"?

Kepepet dalam hal tertentu bisa memberikan hal yang baik bagi kita. Kelebihannya: yang tidak mungkin menjadi mungkin. Kekurangannya : kita harus ekstra keras mengeluarkan kemampuan kita dan menguras seluruh energi kita. Intinya : capek.

Saya teringat akan pengalaman teman saya yang harus "pontang-panting" menyiapkan undangan pernikahan, padahal acara resepsi pernikahan hanya tinggal hitungan hari saja. Singkat kata, undangan berhasil dibuat dan dibagikan ke tamu undangan. Tapi, setelah itu penyelesalan muncul. Ketidakpuasan karena tidak bisa memberikan hasil maksimal.

Saat terdesak kita cenderung bisa menyelesaikan masalah yang kita hadapi. Masalah akan selesai namun hasilnya belum tentu memuaskan kita. Ya, seperti teman saya di atas. Undangan bisa tersebar, meski ada yang tidak menerima undangan dan bentuk kartu undangan pun "ala kadarnya".
Jadi, kenapa kita baru bertindak saat mulai menemui jalan buntu ?

Ketika saya masih sekolah dahulu, teman-teman saya yang telah belajar sejak jauh hari selalu terlihat tenang dan percaya diri saat menghadapi ujian. Jika diminta untuk menjelaskan sesuatu pun mereka terlihat lebih menguasai bahan. Hasilnya, merekalah yang menjadi juara kelas.

Begitu pula dalam persoalan yang lain, salah satunya adalah bisnis online. Saya bukanlah pakar dalam bisnis online karena masih ada para senior dan para master yang lebih hebat dari saya. Namun, saya akan mencoba berbagi pengalaman saya di bisnis online. Saat awal menjalani bisnis online dengan PTR (paid to review) sering saya menyelesaikan tugas saat mulai "dead line" tugas. Maklum, saya juga masih bekerja di kantor, sehingga saya harus berbagi konsentrasi antara tugas kantor dan tugas review. Intinya saya work hard lah. Belum lagi jika harus lembur. Bisa-bisa blog pun tak terurus.

Setelah beberapa bulan berjalan, kebisaan saya rubah. Jam bangun pagi saya majukan 1 jam untuk mengajukan bid (penawaran) dan menyelesaikan task yang ada. Sementara posting dan blogwalking saya lakukan setelah pulang kerja dari kantor. Awalnya memang susah, namun saya merasa hasilnya lebih optimal. Yang jelas saya jadi lebih merasa tenang, karena tidak merasa dikejar-kejar oleh task review.

Pola pikir bisnis online pun mulai saya rubah. Fokus ke satu program tetap saya lakukan, namun saya juga mulai melirik program-program lain. Salah satu contohnya adalah program PPC (paid per click) yang ada di blog ini. Hasilnya memang belum seberapa, namun lebih baik saya mulai lakukan sekarang daripada nanti setelah kepepet. Ya, mumpung masih ada pemasukan, saya mulai menginvestasikan pemasukan tersebut ke yang lain. Tapi tidak semuanya dibabat habis. Bertahap pastinya. Program yang saya ikuti pun saya ikuti setelah mendapatkan referensi yang cukup dari para master. Banyak kok master yang bisa kita contoh, misalnya bung Cosa dan Bung Zalukhu. Dari merekalah saya belajar banyak. Tentunya selain mereka masih ada banyak master yang lain. Meskipun kita juga tidak semua menerima pemikiran mereka, namun paling tidak kita mendapatkan input positive; "how to success in business online."

Sekali lagi, ini hanya pengalaman saya yang mungkin kurang berarti. Tidak masalah. Terserah kepada rekan-rekan semua. Kita pasti punya pengalaman berbeda. Namun tak ada salahnya untuk bertindak sebelum kepepet. Salam sukses !